Ayahku Jumiin, pengikut Tarekat At-Tijaniah, beliau ahli ibadah dan senang membaca salawat Fatih; Ketika masih hidup beliau mengatakan dan bertanya sama aku, nak.. Kalau nanti ayahmu meninggal dunia apakah kamu mantahlilkan atau tidak ? Saat itu aku berfikir kenapa ayahku berkata seperti itu, hatiku ingin menangis, apakah itu merupakan tanda perpisahan ?; Aku waktu itu tidak menjawab,....ayahku melanjutkan pembicaraan: ...."kalau aku (kata ayah) yang menjadi anak, maka harus dilihat, kalau ayahnya senang tahlil, maka harus ditahlilkan, tetapi kalau orang tua tidak suka tahlil, maka tidak usah ditahlilkan; Sudahlah .....kamu berangkat tugas ke wamena,....nanti kamu tidak akan melihat bapakmu meninggal dunia;
Setelah ayah meramal jarak 1 tahun, benar ayahku meninggal dunia dan aku tidak mengetahui/tidak sempat melihat janazah beliau;.......semoga arwah ayah diterima tuhan;
Yang sangat lucu, bahwa Tradisi orang yang akan berangkat hajji selalu diantar ke asramah hajji; Waktu itu almarhum ayahku mau berangkat hajji kurang 4 hari; Ayahku berwasiat sama keluarga, teman-teman dekatnya dan para tetangga;...bahwa kalau ia berangkat hajji tidak mau diantar ke asramah hajji; Ayah meminta para kerabat, teman dan tetangga cukup diantar sampai Masjid saja; Orang-orang pada heran apalagi keluarga sangat heran, dan sebagian keluarga ada yang marah, kenapa wak Jumiin seperti itu, ternyata pembicaraan ayahku benar, karena sebelum berangkat hajji ayahku meninggal dunia dan orang-orang hanya mengantar janazahnya di Masjid bukan di asrama haji Surabaya;
Ayahku,...sungguh kau luar biasa, maskipun ayah tidak pernah sekolah, tetapi menjadi Tokoh masyarakat, dia sempat menjadi Ketua Rt. Ketua Sinaman, Ketua Banser, Ketua NU di kampung, Ayahku seorang muadzzin, rajin beribadah, teguh pendiriannya dan disegani masyarakat; selain itu maskipun ayahku bukan orang yang kaya, tetapi suka membentu fakir miskin, dan tenaganya dicurahkan untuk kepentingan masyarakat; Ketika meninggal dunia, janazahnya dibawa ke masjid yang mensholati di Masjid sampai penuh dan berulang sampai 3 kali; Pernah K.Khudhari menanyakan kepada saya,..belum ada dikampung ini yang melayat sebesar ini, bahkan Kiyaipun masih kalah, ada apa ini, apa amalan orang tuamu yang kamu tahu ? waktu itu saya hanya menjawab,....ayahku sejak muda senang shalat Tahajjud, dan istiqamah membaca shalawat fatih ( 1000 kali ) setiap malam, selain itu ayaku suka berjamaah di masjid dan suka menolong orang lain; MASYAALLAH,......ayahku luar biasa, dan aku selalu ingin mencontoh tetapi sangat sukar sekali istiqamah;